KASIH SEORANG IBU


Terkenang.
Hari ini masih berkisah tentang mu. Jika ku ingat lagi hari-hari dimana aku kerap melampiaskan kekecewaan ku pada mu--yang sebenarnya kekecewaan tersebut tidak ada hubungannya dengan mu sama sekali--aku sangat menyesal. Aku tau bahwa dirimu tak akan pernah sekalipun membalas kekecewaan yang ku lampiaskan pada mu. Diri mu yang selalu penuh dengan pemakluman, diri mu yang selalu penuh pengertian terhadap anak mu.

Masih teringat jelas cerita tetangga bahwa diri mu tidak banyak memiliki cita-cita lagi mengingat kondisi fisik mu yang telah renta. Menunaikan ibadah haji yang dulu menjadi cita-cita mu tak lagi kau pikirkan karena diri mu sadar bahwa kondisi fisik mu yang semakin tua. Kau bercerita kepada tetangga bahwa kau sudah cukup bahagia melihat anak bungsu mu menyelesaikan studi S1 nya. 

Kau sendiri tak pernah menceritakan keluh kesah mu kepada anak-anak mu jika mereka tidak bertanya dan sedikit mendesak diri mu. Alasan yang kuat kenapa diri mu tidak pernah berkeluh kesah tentang hidup didepan anak-anak mu karena kau tidak ingin anak-anak mu ikut merasakan apa yang kau rasakan.

Bagi anak-anak mu terutama si bungsu, kau adalah alasan besar yang menjadi motivasinya untuk maju serta sabar dan tabah dalam menghadapi kehidupan. Ketika dia merasa pahit dan berat dalam menjalani hidup, dia kemudian mengingat wajah mu dan dia mampu sabar dan mengesampingkan berbagai keluh kesahnya.

Anak mu bukan tak rela kehilangan mu, karena dia sadar bahwa diri mu telah pergi ke tempat yang lebih baik di sana. Hanya saja dia ingin sedikit lebih lama lagi melihat senyum bahagia mu. Senyum mu melihat anak mu berumah tangga, senyum bahagia mu yang mampu melaksanakan ibadah haji, senyum mu melihat cucu-cucu mu berlarian kesana kemari.

Bukannya tak rela, hanya saja belum begitu percaya. Beberapa hari sebelum diri mu pergi untuk selamanya, kau tampak sehat-sehat saja, dan sakit mu pun tidak menunjukkan sakit yang parah. Tapi tiba-tiba hanya berselang semalam saja tiba-tiba dirimu menunjukkan sakit yang teramat sangat, nafasmu yang terlihat berat menahan rasa sakit. Ketika diri mu dibawa ke rumah sakit dan dokter menjelaskan bahwa ada pembengkakkan di jantung mu dan terdapat cairan di paru-paru mu hal itu menambah kesedihan diwajah anak-anak mu. Tapi penjelasan dokter tersebut tak membuat harapan anak-anak mu hilang.

Ketika di rujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya, beberapa hari kemudian diri mu terlihat lebih baik. Berbincang denga anak-anak mu, adik mu juga suami mu. Namun hal yang membuat sedih adalah pernyataan dokter yang berbicara bahwa kemungkinan mu sembuh begitu kecil dan anak-anak serta keluarga lain diharapkan terus berdoa demi kesembuhan mu. 

Ternyata benar yang orang bilang bahwa kehidupan dan kematian seseorang telah ada yang mengaturnya dan tidak ada yang bisa kita perbuat. Setelah satu minggu dirimu dirawat di rumah sakit kau pun menghembuskan nafas terahir mu. Beberapa hari setelah itu anak-anak mu belum percaya bahwa kau telah tiada. Anak mu yang bungsu pun tak mampu membayangkan ketika dia pulang kerumah dan mendapati bahwa diri mu telah tiada. Dia tak mampu membayangkan hal itu, dia hanya menjalani hidupnya dan sebisa mungkin tak ingin membayangkan hal-hal yang hanya akan membuatnya sedih.

Sekarang dia hanya mampu membahagiakan mu dengan doanya, karena hanya itu yang dapat membuat mu bahagia saat ini. Ketika kesedihan itu muncul dalam dirinya karena kehilangan ibunya, dia berusaha untuk tabah dan dia mencoba tegar karena dia sadar bahwa bukan hanya dia yang mengalami nasib seperti itu. Masih banyak temannya dan orang lain yang senasib dengannya bahkan ada yang lebih sedih darinya, mereka yang bukan hanya kehilangan ibunya tetapi juga ayahnya. Ketika dia mengingat hal itu dia mampu menekan kesedihannya dan terus bersyukur atas semua yang dia alami.

Tak pernah lupa dia menyebut nama ibunya dalam tiap doanya agar ibunya bahagia disana tanpa kekurangan apapun. Kasih sayang mu, wajah mu, tak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya.


Tulisan lainnya;

Comments